Masyarakat umum telah
mengetahui bahwa istilah wanita “tersembunyi” dalam sejarah.“Hidden from
history” kata Sheila Rowbotham dalam bukunya yang berjudul HiddenFrom History:
Rediscovering Women in History. From the 17th Century to the Present.Pandangan
ini tidak lain disebabkan oleh penelitian dan penulisan sejarah yang cenderung
pada masalah sekitar politik dan kekerasan yang menurut Kuntowijoyodalam
bukunya Metodologi Sejarah, merupakan “dua hal yang selalu menjadi milikkaum
laki-laki”.
2.
Sejarah Bersifat Androsentris
oleh karena itu
rekonstruksi sejarah kita bercorak androsentris, karena sejarah berpusatpada
kegiatan kaum laki-laki. Hal ini pun kemudian oleh Ann D. Gordon dkk
dalamartikelnya yang berjudul “The Problem of Women’s History”. Dimana
dikatakan bahwasejarawan mengabaikan kaum wanita karena dalam pikiran mereka
yang signifikanadalah yang nyata di bidang politik dan ekonomi. Laki-laki aktif
dan wanita pasif;kehidupan wanita dianggap timelessness tak dibatasi oleh
waktu-berpusat pada mengandung dan memelihara anak dalam lingkungan
keluarga.Gambaran masa lalu semacam itu tentu saja tidak adil, karena melihat
wanita sebagaisecond sex semata-mata.
3.
Perempuan
Dalam buku Analisis Gender
dan Transformasi Sosial oleh Dr. Mandour Fakihdikatakan bahwa telah terjadi
“kerancuan dan pemutarbalikan makna tentang apa yangdisebut seks dan gender” yaitu
dimana dewasa ini terjadi penegakan pemahamandalam masyarakat, dimana apa
sesungguhnya gender, karena pada dasarnyakonstruksi sosial justru dianggap
sebagai kodrat yang berarti biologis atau ketentuanTuhan. Hal ini kemudian
sering disebut dengan “kodrat wanita” adalah konstruksi sosialdan cultural atau
gender.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa ketika orang berbicara tentang gender, maka konotasinya pada wanita. Hal
ini disinyalir oleh Joan Wallace Scott bahwa dalam arti yang sederhana gender
synonym untuk wanita Kemudian dapat disimpulkan sementarabahwa arti istilah
gender adalah hasil dari kontruksi masyarakat dan bukan kodrat.Seperti yang
dikemukakan oleh Jane Sherron de Hart dan Linda K. Kerber dalamrtikelnya yang
berjudul “Gender and the New Women’s History” bahwa “gender it selfis a social
construction”, dimana pernyataannya menjelaskan bahwa jelas terdapatperbedaan
dari istilah gender dan seks. Pernyataan ini juga mendapat dukungan dariKamla
Bhasin yang mengutip Ann Oakley, penulis buku Sex, Gender and Society(1985)
bahwa “Gender” adalah masalah budaya, ia merujuk kepada klasifikasi sosialdari
laki-laki dan perempuan menjadi “maskulin” dan “feminism”99kriteria
yangbersifat budaya, berbeda karena waktu dan tempat6. Mencermati tulisan Joan
WallachScott mengatakan bahwa istilah gender sebagai pengganti kata wanita,
sebenarnyamengandung pengertian hubungan sosial antara laki-laki dan wanita.
Artinyainformasi tentang wanita dengan sendirinya berarti juga informasi
tentang laki-laki.Dengan demikian istilah gender sebenarnya suatu pengertian
yang terpisah dari feminism dan tidak mengandung pernyataan tentang
ketidaksetaraan dan kekuasaanNamun apa yang dikemukakan oleh Wallach Scott
berbeda dari penulisan sejarahwanita dari kaum feiminis: dari sejarah yang
androsentris menjadi gynosentris.Sejarawan feminis menolak kontruksi hierarki
dalam hubungan sosial antara laki-lakidan wanita. Mereka berusaha mengubah dan
membalikkan pemikiran itu, seperti yangdikemukakan oleh Kuntowijoyo bahwa kaum
feminis yang radikal “mencobamenyadarkan wanita akan sisterhood” untuk
meggantikan istilah brotherhood
4.
Historiografi
Merupakan salah satu
bagian dari tahapan dalam proses merekonstruksi sejarah.Tahapan tersebut
dimulai dari Heuristik atau pencarian sumber. Sumber sejarah terdiridari sumber
primer dan sumber sekunder. Pada sumber tersebut kemudian diadakankritik yang
terdiri dari kritik intern dan kritik ekstern, yang bertujuan untuk
menentukankevaliditasan sebuah sumber. Setelah itu masuk ke tahapan
pendeskripsian fakta-fakta(hasil rekonstruksi) tersebut dalam bentuk narasi dan
diberi makna yang biasa jugadikenal dengan nama Historiografi.
Tahapan Umum dalam Penulisan
Sejarah Wanita (Gerda Lerne)
1. compensatory history yang
mempertanyakan tentang apa danbagaimana peranan wanita. Penulisan sejarah
semacam ini tidak menggambarkan kenyataan pengalaman kaum wanita secara
menyeluruh, karena wanita dari kalangan atau golonganyang berbeda memiliki
pengalaman historis yang berbeda. Contoh: seperti peranCut Nyak Dien, R.A
Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Rohana Kudus danRahman El Yunusiah.
2. contribution History yang
menggambarkan apa yangdisumbangkan oleh kaum wanita dalam suatu
peristiwa.Contoh: misalnya sejarah Fujinkai di masa pendudukan Jepang dan peran
kaumwanita di masa revolusi.
3. tahap bangkitnya kesadaran
wanita akan peran dan statusnya.contohnya adalah sejarah organisasi-organisasi
kegiatan wanita di masa pergerakan atau peristiwa peristiwa wanita di masa
pergerakan atau padakegiatan Kongres Perempuan Indonesia I (KPI) 22-25 Desember
1928 Mereka sudah sadar akan keberadaan mereka dalam masyarakat, dan peran
apayang dibutuhkan untuk suatu tujuan. Hal ini bisa dilihat pada
organisasiwanita Muhammadiyah, yang dipelopori oleh Nyai Ahmad Dahlan
(pendiriAisyiyah Muhammadiyah), dimana sangat berperan dalam pertumbuhan
perananwanita dalam bidang sosial, agama dan ekonomi.
.
Penelitian sejarah yang
mengarah pada peran wanita adalah termasuk dalam golonganpostmo, yaitu tema
yang “diabaikan” oleh sejarah ilmiah, dan usahanya adalah“menyuarakan”
pihak-pihak tertindas itu yang tidak pernah dimunculkan dalam sejarahilmiah.
Analisis gender mencoba mengintegrasikan aspek wanita dalam arus utamasejarah
Indonesia dan tidak mengisolasinya sebagai suatu sejarah yang ekslusif (gynosentris).
Menarik pertanyaan dari
Kuntowijoyo: ”Tuhan menciptakan manusia dari seorang laki laki dan seorang
perempuan, mengapa sejarah hanya diciptakan oleh laki-laki Pendekatan Terhadap
Historiografi Indonesia.
Tema Sejarah Perempuan
Tema mengenai peranan perempuan
dalam berbagai sektor sosial ekonomi bisaditemukan dalam berbagai bentuk
ragamnya masing-masing. Kuntowijoyo dalamkaryanya11 menyebutkan topik-topik
seperti, “perempuan dalam dunia usaha”,perempuan dalam kesenian”, “perempuan
dalam politik”, perempuan dalam peranggerilya”, perempuan dalam dunia
pendidikan”, dan sebagainya, dapat ditulis olehilmuwan sejarah. Penulisan
mengenai peranan perempuan dalam berbagai sektortersebut dapat memperjelas
peranan perempuan dalam bidang sosial-ekonomi yangselama ini belum banyak
dilakukan oleh sejarawan. Bahkan dalam sektor tertentu,perempuan menjadi tulang
punggung sebuah sektor. Tesis S-2 Soedarmono,Munculnya Kelompok Pengusaha Batik
di Laweyan Pada Awal Abad XX, merupakankisah tentangperanan perempuan dalam dunia
usaha.12 Dalam puncak hirarki duniausaha di Laweyan, ternyata perempuan
mempunyai kedudukan tertinggi sebagaipengusaha, sedangkan pria hanya membantu
istri jika diperlukan. Dengan demikian,sektor ekonomi sebenarnya bukan saja
milik kaum laki-laki, tetapi dalam banyak kasus perempuanlah yang memegang
peranan lebih penting.
Adapun peranan perempuan
dalam kesenian dapat kita ambil contoh dalam keseniantari Ludruk Jawa Timur.
Pada awalnya kesenian tari Lundruk “menabukan’ perempuanikut terlibat di
dalamnya. Artinya dalam setiap pagelaran yang muncul sebagai pemeranadalah laki-laki.
Pada periode tahun 1960-1970 kiprah perempuan dalam kesenian tariLudruk mulai
dapat ditemukan peranannya.13
Selain dari peranan
perempuan, penulisan sejarah juga dapat mengambil tema tentangbiografi atau
prosopografi perempuan yang mempunyai konotasi kemandirian. Namanamaterkenal
seperti Kartini, Dewi Sartika, Walandouw Maramis, S.K Trimurti, CutNyak Din,
Nyi Ageng Serang, Pocut Meurah Intan, dan lain sebagainya sudah banyakdijumpai
dalam historiografi Indonesia. Namun, masih banyak lagi nama-namaperempuan yang
belum dibuatkan biogarafinya. Dengan adanya biografi atauprosopografi kita
dapat melihat bahwa perempuan bukan hanya sebuah tambahan,seorang penyumbang,
tetapi pribadi yang sungguh mandiri.14 Kisah perempuan yangdapat dijumpai dalam
biografinya merupakan bukti nyata bahwa sebenarnyaperempuan memiliki posisi
penting dalam historiogarafi Indonesia. Namun penulisanpenulisanitu perlu
diperbanyak dan ditingkatkan karena bagaimana pun juga apabiladibandingkan
dengan penulisan biografi laki-laki penulisan bigrafi perempuan masih
lebih sedikit jumlahnya.
Tema tentang Sejarah Keluarga.
Sejarah keluarga merupakan
bagian dari sejarah sosial. Di dalamnya membahasmengenai peran dan kedudukan
wanita dalam keluarga. Penelitian mengenai sejarahkeluarga di Indonesia belum
berkembang, namun ilmu sosial lain keluarga menjaditopik pembicaraan yang
penting, topik-topik perkawinan, perceraian, kehidupankeluarga. Di Amerika buku
John Demos, A Little Comonwealth: Family Life in PlymouthColony adalah contoh
sebuah karya sejarah keluarga yang baik. Isi buku menjelaskantentang struktur
rumah tangga, hubungan suami dan istri, hubungan antara orang tua dengan
anak-anak. Buku lain yang ditulis oleh Philipe Aries, Centuries of Childhood:
ASocial History of Family Life menjelaskan kehidupan anakpada masa ancient
regime.Anak-anak awalnya dianggab sebagai miniaur orang dewasa, sehingga
meereka harus menyesuaikan dengan kebiasaan orang dewasa.
Tema
tentang Budaya Wanita.
Topik mengenai sekolah atau kursus
khusus untuk wanita, pers wanita, mode pakaian, perkumpulan arisan, sport
wanita. Pers wanita tahun 1930-an merupakan persperjuangan, diantaranya Poetri
Merdeka di Jakarta, Poetri Hindia di Bandung, SoentingMelayu di Bukit Tinggi,
dan Suara Aisiyah di Yogyakarta. Pada tahun 1970-an majalah wanita kelas
menengah muncul dan menjadi bagian bisnis pers di Indonesia. Majalah wanita
Kartini, Femina, Gadis, Nova, Selera, Laras, Asri menggeser peran
persperjuangan wanita atau bahkan merubah sejarah wanita Indonesia.Hubungan
laki-laki dan PerempuanTema ini menyangkut tema politik yang dalam konteks
Indonesia tidak perlumempunyai konotasi pembebasan wanita. Topik dalam ketagori
ini antara lain : SejarahKriminalitas seperti pemerkosaan, pelacuran. Lalu
sejarah pembagian kerja secaraseksual dalam masyarakat maupun rumah tangga.
Apakah dalam dunia yang dikuasailaki- laki, wanita hanyalah tukang masak,
pelahir dan pemelihara anak atau objek seks? Kapan perempuan mendapatkan hak untuk
memilih, menjadi kepala desa, atau menjadi menteri.
Kelompok-
Kelompok Wanita
Bermacam- macam kelompok
sosial wanita, seperti penulis wanita, wanitaprofesional, pekerja wanita dapat
kita tulis sebagai bagian dari sejarah sosial. Carapenulisannya dapat berupa
prosografi atau biografi kolektif atau berupa sejarah sosialbiasa. Penggolongan
wanita berdasarkan pekerjaannya merupakan cara termudahdalam pemilihan topik,
selain itu topik seperti kapan munculnya wanita dalam militer,polisi, politisi,
atau perawat. Salah satu contoh tulisan Fatia Nadia, skripsi S1 berjudulTenaga
Kerja Wanita di Perkebunan Teh Malabar- “Afdelingen Cianjur
RegentschapenPriangan tahun 1880-1900”.
Sejarah
etnisitas perempuan
Tema etnisitas menekankan
peranan etnis atau adat bagi perubahan yang terjadi padasebuah kelompok
masyarakat ditinjau dari sudut perempuannya. Etnisitas berserta perangkat
sosial yang ada di dalamnya (agama, pandangan hidup, stratifikasi sosial)dapat
mempengaruhi perubahan yang dialami sekelompok masyarakat. Bagaimanaperan
perempuan dalam perbahan tersebut menjadi menarik untuk dikaji, karena
antarkelompok masyarakat yang ada bisa saja mempunyai perbedaan pandangan
dalammemandang kedudukan perempuan, misalnya, etnis Minang menempatkan
perempuansecara berbeda dengan etnis Jawa dalam memposisikan kedudukan
perempuan dalamkeluarga dan masyarakat.Tema ekonomi perempuanDalam bidang
pekerjaan peran perempuan hampir tidak pernah mendapatkan sorotan.Padahal bila
dikaji lebih lanjut perempuan merupakan kelompok pekerja yang sangatproduktif
dan berperan besar dalam menopang perekonomian keluarga bahkan negara.Wilayah
pekerjaan yang selama ini diidentikan dengan perempuan sering luput
dariperhatian sejarawan, misalnya bagaimana peran perempuan yang menjadi
pembanturumah tangga atau TKI (Tenaga Kerja Indonesia, bekerja di Luar negeri)
dalammenopang ekonomi keluarga maupun pemerataan ekonomi secara nasional,
mengingatbegitu banyaknya angkatan kerja perempuan di bidang ini. Begitu pula
perempuan yangmenjadi buruh di pabrik-pabrik. Dengan mudah kita bisa
menyaksikan, bahwa sebagianbesar buruh yang menjadi pekerja pabrik-pabrik
garmen atau tekstil, sebagai contoh,adalah kaum perempuan.15 Dari fakta
tersebut kita bisa simpulkan bahwa peranperempuan sangat penting dalam sektor
ekonomi secara langsung, baik untukpeningkatan ekonomi keluarga maupun
pendapatan negara /GNP.Yang juga tidak boleh dilupakan adalah perempuan yang
membangun usaha mandiri dibidang ekonomi,baik skala kecil maupun besar, formal
maupun informal. Bukankahbanyak perempuan yang sukses berbisnis Banyak
perempuan yang berhasilmenempati posisi struktural yang strategis dalam
perusahaan yang biasanyadiidentikan dengan dunia laki-laki. Bahkan banyak pula
yang menduduki posisi sebagaipucuk pimpinan. Belum lagi yang secara mandiri
membangun dunianya sendiri.
Misalnya perempuan yang menjadi
penulis, industri hiburan, aktivis, dan sebagainya.
Penerbitan sumber sejarah
perempuanDapat dikatakan, sumber-sumber sejarah yang menjadikan perempuan
sebagai sebuahkajian yang serius masih sangat jarang.16 Di Indonesia sejarah
perempuan biasanyadangkal dipahami sebagai sejarah mengenai sedikit tokoh
perempuan seperti Kartini,Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan beberapa tokoh
wanita lainnya. Padahal masihbanyak sekali perempuan Indonesia yang menjadi
aktor penting dalam sejarahIndonesia.Selain itu, bagaimana pandangan perempuan
dari berbagai generasi tentang berbagaihal juga tidak banyak diketahui. Untuk
alasan itulah, penting sekali dilakukanpenerbitan-penerbitan sejarah perempuan.
Metode sejarah lisan, misalnya, bisadigunakan untuk mendoumentasikan sejarah
perempuan antar generasi; bagaimanapengalaman perempuan jaman revolusi,
perempuan yang menjadi penopang ekonomi keluarga dengan menjadi pedagang pasar
atau buruh pabrik, dan lain-lain.Dengan semakin banyaknya sumber-sumber sejarah
tentang perempuan yangditerbitkan, tentunya akan membuat perempuan dan
sejarahnya lebih berpeluang untukturut ”hadir” dalam sejarah yang lebih makro
dan berkeadilan, tidak lagi didominasihistoriografi bercorak androsentris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar