Jumat, 14 Desember 2012

PERANAN PEREMPUAN DALAM HISTORIOGRAFI INDONESIA

1.  Sejarah yang Tersembunyi
Masyarakat umum telah mengetahui bahwa istilah wanita “tersembunyi” dalam sejarah.“Hidden from history” kata Sheila Rowbotham dalam bukunya yang berjudul HiddenFrom History: Rediscovering Women in History. From the 17th Century to the Present.Pandangan ini tidak lain disebabkan oleh penelitian dan penulisan sejarah yang cenderung pada masalah sekitar politik dan kekerasan yang menurut Kuntowijoyodalam bukunya Metodologi Sejarah, merupakan “dua hal yang selalu menjadi milikkaum laki-laki”.

2.      Sejarah Bersifat Androsentris
oleh karena itu rekonstruksi sejarah kita bercorak androsentris, karena sejarah berpusatpada kegiatan kaum laki-laki. Hal ini pun kemudian oleh Ann D. Gordon dkk dalamartikelnya yang berjudul “The Problem of Women’s History”. Dimana dikatakan bahwasejarawan mengabaikan kaum wanita karena dalam pikiran mereka yang signifikanadalah yang nyata di bidang politik dan ekonomi. Laki-laki aktif dan wanita pasif;kehidupan wanita dianggap timelessness tak dibatasi oleh waktu-berpusat pada mengandung dan memelihara anak dalam lingkungan keluarga.Gambaran masa lalu semacam itu tentu saja tidak adil, karena melihat wanita sebagaisecond sex semata-mata.


3.      Perempuan
Dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial oleh Dr. Mandour Fakihdikatakan bahwa telah terjadi “kerancuan dan pemutarbalikan makna tentang apa yangdisebut seks dan gender” yaitu dimana dewasa ini terjadi penegakan pemahamandalam masyarakat, dimana apa sesungguhnya gender, karena pada dasarnyakonstruksi sosial justru dianggap sebagai kodrat yang berarti biologis atau ketentuanTuhan. Hal ini kemudian sering disebut dengan “kodrat wanita” adalah konstruksi sosialdan cultural atau gender.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika orang berbicara tentang gender, maka konotasinya pada wanita. Hal ini disinyalir oleh Joan Wallace Scott bahwa dalam arti yang sederhana gender synonym untuk wanita Kemudian dapat disimpulkan sementarabahwa arti istilah gender adalah hasil dari kontruksi masyarakat dan bukan kodrat.Seperti yang dikemukakan oleh Jane Sherron de Hart dan Linda K. Kerber dalamrtikelnya yang berjudul “Gender and the New Women’s History” bahwa “gender it selfis a social construction”, dimana pernyataannya menjelaskan bahwa jelas terdapatperbedaan dari istilah gender dan seks. Pernyataan ini juga mendapat dukungan dariKamla Bhasin yang mengutip Ann Oakley, penulis buku Sex, Gender and Society(1985) bahwa “Gender” adalah masalah budaya, ia merujuk kepada klasifikasi sosialdari laki-laki dan perempuan menjadi “maskulin” dan “feminism”99kriteria yangbersifat budaya, berbeda karena waktu dan tempat6. Mencermati tulisan Joan WallachScott mengatakan bahwa istilah gender sebagai pengganti kata wanita, sebenarnyamengandung pengertian hubungan sosial antara laki-laki dan wanita. Artinyainformasi tentang wanita dengan sendirinya berarti juga informasi tentang laki-laki.Dengan demikian istilah gender sebenarnya suatu pengertian yang terpisah dari feminism dan tidak mengandung pernyataan tentang ketidaksetaraan dan kekuasaanNamun apa yang dikemukakan oleh Wallach Scott berbeda dari penulisan sejarahwanita dari kaum feiminis: dari sejarah yang androsentris menjadi gynosentris.Sejarawan feminis menolak kontruksi hierarki dalam hubungan sosial antara laki-lakidan wanita. Mereka berusaha mengubah dan membalikkan pemikiran itu, seperti yangdikemukakan oleh Kuntowijoyo bahwa kaum feminis yang radikal “mencobamenyadarkan wanita akan sisterhood” untuk meggantikan istilah brotherhood

4.      Historiografi
Merupakan salah satu bagian dari tahapan dalam proses merekonstruksi sejarah.Tahapan tersebut dimulai dari Heuristik atau pencarian sumber. Sumber sejarah terdiridari sumber primer dan sumber sekunder. Pada sumber tersebut kemudian diadakankritik yang terdiri dari kritik intern dan kritik ekstern, yang bertujuan untuk menentukankevaliditasan sebuah sumber. Setelah itu masuk ke tahapan pendeskripsian fakta-fakta(hasil rekonstruksi) tersebut dalam bentuk narasi dan diberi makna yang biasa jugadikenal dengan nama Historiografi.

Tahapan Umum dalam Penulisan Sejarah Wanita (Gerda Lerne)
1. compensatory history yang mempertanyakan tentang apa danbagaimana peranan wanita. Penulisan sejarah semacam ini tidak menggambarkan kenyataan pengalaman kaum wanita secara menyeluruh, karena wanita dari kalangan atau golonganyang berbeda memiliki pengalaman historis yang berbeda. Contoh: seperti peranCut Nyak Dien, R.A Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Rohana Kudus danRahman El Yunusiah.
2. contribution History yang menggambarkan apa yangdisumbangkan oleh kaum wanita dalam suatu peristiwa.Contoh: misalnya sejarah Fujinkai di masa pendudukan Jepang dan peran kaumwanita di masa revolusi.
3. tahap bangkitnya kesadaran wanita akan peran dan statusnya.contohnya adalah sejarah organisasi-organisasi kegiatan wanita di masa pergerakan atau peristiwa peristiwa wanita di masa pergerakan atau padakegiatan Kongres Perempuan Indonesia I (KPI) 22-25 Desember 1928 Mereka sudah sadar akan keberadaan mereka dalam masyarakat, dan peran apayang dibutuhkan untuk suatu tujuan. Hal ini bisa dilihat pada organisasiwanita Muhammadiyah, yang dipelopori oleh Nyai Ahmad Dahlan (pendiriAisyiyah Muhammadiyah), dimana sangat berperan dalam pertumbuhan perananwanita dalam bidang sosial, agama dan ekonomi.
.
Penelitian sejarah yang mengarah pada peran wanita adalah termasuk dalam golonganpostmo, yaitu tema yang “diabaikan” oleh sejarah ilmiah, dan usahanya adalah“menyuarakan” pihak-pihak tertindas itu yang tidak pernah dimunculkan dalam sejarahilmiah. Analisis gender mencoba mengintegrasikan aspek wanita dalam arus utamasejarah Indonesia dan tidak mengisolasinya sebagai suatu sejarah yang ekslusif (gynosentris).
Menarik pertanyaan dari Kuntowijoyo: ”Tuhan menciptakan manusia dari seorang laki laki dan seorang perempuan, mengapa sejarah hanya diciptakan oleh laki-laki Pendekatan Terhadap Historiografi Indonesia.

Tema Sejarah Perempuan
Tema mengenai peranan perempuan dalam berbagai sektor sosial ekonomi bisaditemukan dalam berbagai bentuk ragamnya masing-masing. Kuntowijoyo dalamkaryanya11 menyebutkan topik-topik seperti, “perempuan dalam dunia usaha”,perempuan dalam kesenian”, “perempuan dalam politik”, perempuan dalam peranggerilya”, perempuan dalam dunia pendidikan”, dan sebagainya, dapat ditulis olehilmuwan sejarah. Penulisan mengenai peranan perempuan dalam berbagai sektortersebut dapat memperjelas peranan perempuan dalam bidang sosial-ekonomi yangselama ini belum banyak dilakukan oleh sejarawan. Bahkan dalam sektor tertentu,perempuan menjadi tulang punggung sebuah sektor. Tesis S-2 Soedarmono,Munculnya Kelompok Pengusaha Batik di Laweyan Pada Awal Abad XX, merupakankisah tentangperanan perempuan dalam dunia usaha.12 Dalam puncak hirarki duniausaha di Laweyan, ternyata perempuan mempunyai kedudukan tertinggi sebagaipengusaha, sedangkan pria hanya membantu istri jika diperlukan. Dengan demikian,sektor ekonomi sebenarnya bukan saja milik kaum laki-laki, tetapi dalam banyak kasus perempuanlah yang memegang peranan lebih penting.
Adapun peranan perempuan dalam kesenian dapat kita ambil contoh dalam keseniantari Ludruk Jawa Timur. Pada awalnya kesenian tari Lundruk “menabukan’ perempuanikut terlibat di dalamnya. Artinya dalam setiap pagelaran yang muncul sebagai pemeranadalah laki-laki. Pada periode tahun 1960-1970 kiprah perempuan dalam kesenian tariLudruk mulai dapat ditemukan peranannya.13
Selain dari peranan perempuan, penulisan sejarah juga dapat mengambil tema tentangbiografi atau prosopografi perempuan yang mempunyai konotasi kemandirian. Namanamaterkenal seperti Kartini, Dewi Sartika, Walandouw Maramis, S.K Trimurti, CutNyak Din, Nyi Ageng Serang, Pocut Meurah Intan, dan lain sebagainya sudah banyakdijumpai dalam historiografi Indonesia. Namun, masih banyak lagi nama-namaperempuan yang belum dibuatkan biogarafinya. Dengan adanya biografi atauprosopografi kita dapat melihat bahwa perempuan bukan hanya sebuah tambahan,seorang penyumbang, tetapi pribadi yang sungguh mandiri.14 Kisah perempuan yangdapat dijumpai dalam biografinya merupakan bukti nyata bahwa sebenarnyaperempuan memiliki posisi penting dalam historiogarafi Indonesia. Namun penulisanpenulisanitu perlu diperbanyak dan ditingkatkan karena bagaimana pun juga apabiladibandingkan dengan penulisan biografi laki-laki penulisan bigrafi perempuan masih
lebih sedikit jumlahnya.

Tema tentang Sejarah Keluarga.
Sejarah keluarga merupakan bagian dari sejarah sosial. Di dalamnya membahasmengenai peran dan kedudukan wanita dalam keluarga. Penelitian mengenai sejarahkeluarga di Indonesia belum berkembang, namun ilmu sosial lain keluarga menjaditopik pembicaraan yang penting, topik-topik perkawinan, perceraian, kehidupankeluarga. Di Amerika buku John Demos, A Little Comonwealth: Family Life in PlymouthColony adalah contoh sebuah karya sejarah keluarga yang baik. Isi buku menjelaskantentang struktur rumah tangga, hubungan suami dan istri, hubungan antara orang tua dengan anak-anak. Buku lain yang ditulis oleh Philipe Aries, Centuries of Childhood: ASocial History of Family Life menjelaskan kehidupan anakpada masa ancient regime.Anak-anak awalnya dianggab sebagai miniaur orang dewasa, sehingga meereka harus menyesuaikan dengan kebiasaan orang dewasa.

Tema tentang Budaya Wanita.
Topik mengenai sekolah atau kursus khusus untuk wanita, pers wanita, mode pakaian, perkumpulan arisan, sport wanita. Pers wanita tahun 1930-an merupakan persperjuangan, diantaranya Poetri Merdeka di Jakarta, Poetri Hindia di Bandung, SoentingMelayu di Bukit Tinggi, dan Suara Aisiyah di Yogyakarta. Pada tahun 1970-an majalah wanita kelas menengah muncul dan menjadi bagian bisnis pers di Indonesia. Majalah wanita Kartini, Femina, Gadis, Nova, Selera, Laras, Asri menggeser peran persperjuangan wanita atau bahkan merubah sejarah wanita Indonesia.Hubungan laki-laki dan PerempuanTema ini menyangkut tema politik yang dalam konteks Indonesia tidak perlumempunyai konotasi pembebasan wanita. Topik dalam ketagori ini antara lain : SejarahKriminalitas seperti pemerkosaan, pelacuran. Lalu sejarah pembagian kerja secaraseksual dalam masyarakat maupun rumah tangga. Apakah dalam dunia yang dikuasailaki- laki, wanita hanyalah tukang masak, pelahir dan pemelihara anak atau objek seks? Kapan perempuan mendapatkan hak untuk memilih, menjadi kepala desa, atau menjadi menteri.

Kelompok- Kelompok Wanita
Bermacam- macam kelompok sosial wanita, seperti penulis wanita, wanitaprofesional, pekerja wanita dapat kita tulis sebagai bagian dari sejarah sosial. Carapenulisannya dapat berupa prosografi atau biografi kolektif atau berupa sejarah sosialbiasa. Penggolongan wanita berdasarkan pekerjaannya merupakan cara termudahdalam pemilihan topik, selain itu topik seperti kapan munculnya wanita dalam militer,polisi, politisi, atau perawat. Salah satu contoh tulisan Fatia Nadia, skripsi S1 berjudulTenaga Kerja Wanita di Perkebunan Teh Malabar- “Afdelingen Cianjur RegentschapenPriangan tahun 1880-1900”.

Sejarah etnisitas perempuan
Tema etnisitas menekankan peranan etnis atau adat bagi perubahan yang terjadi padasebuah kelompok masyarakat ditinjau dari sudut perempuannya. Etnisitas berserta perangkat sosial yang ada di dalamnya (agama, pandangan hidup, stratifikasi sosial)dapat mempengaruhi perubahan yang dialami sekelompok masyarakat. Bagaimanaperan perempuan dalam perbahan tersebut menjadi menarik untuk dikaji, karena antarkelompok masyarakat yang ada bisa saja mempunyai perbedaan pandangan dalammemandang kedudukan perempuan, misalnya, etnis Minang menempatkan perempuansecara berbeda dengan etnis Jawa dalam memposisikan kedudukan perempuan dalamkeluarga dan masyarakat.Tema ekonomi perempuanDalam bidang pekerjaan peran perempuan hampir tidak pernah mendapatkan sorotan.Padahal bila dikaji lebih lanjut perempuan merupakan kelompok pekerja yang sangatproduktif dan berperan besar dalam menopang perekonomian keluarga bahkan negara.Wilayah pekerjaan yang selama ini diidentikan dengan perempuan sering luput dariperhatian sejarawan, misalnya bagaimana peran perempuan yang menjadi pembanturumah tangga atau TKI (Tenaga Kerja Indonesia, bekerja di Luar negeri) dalammenopang ekonomi keluarga maupun pemerataan ekonomi secara nasional, mengingatbegitu banyaknya angkatan kerja perempuan di bidang ini. Begitu pula perempuan yangmenjadi buruh di pabrik-pabrik. Dengan mudah kita bisa menyaksikan, bahwa sebagianbesar buruh yang menjadi pekerja pabrik-pabrik garmen atau tekstil, sebagai contoh,adalah kaum perempuan.15 Dari fakta tersebut kita bisa simpulkan bahwa peranperempuan sangat penting dalam sektor ekonomi secara langsung, baik untukpeningkatan ekonomi keluarga maupun pendapatan negara /GNP.Yang juga tidak boleh dilupakan adalah perempuan yang membangun usaha mandiri dibidang ekonomi,baik skala kecil maupun besar, formal maupun informal. Bukankahbanyak perempuan yang sukses berbisnis Banyak perempuan yang berhasilmenempati posisi struktural yang strategis dalam perusahaan yang biasanyadiidentikan dengan dunia laki-laki. Bahkan banyak pula yang menduduki posisi sebagaipucuk pimpinan. Belum lagi yang secara mandiri membangun dunianya sendiri.
Misalnya perempuan yang menjadi penulis, industri hiburan, aktivis, dan sebagainya.
Penerbitan sumber sejarah perempuanDapat dikatakan, sumber-sumber sejarah yang menjadikan perempuan sebagai sebuahkajian yang serius masih sangat jarang.16 Di Indonesia sejarah perempuan biasanyadangkal dipahami sebagai sejarah mengenai sedikit tokoh perempuan seperti Kartini,Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan beberapa tokoh wanita lainnya. Padahal masihbanyak sekali perempuan Indonesia yang menjadi aktor penting dalam sejarahIndonesia.Selain itu, bagaimana pandangan perempuan dari berbagai generasi tentang berbagaihal juga tidak banyak diketahui. Untuk alasan itulah, penting sekali dilakukanpenerbitan-penerbitan sejarah perempuan. Metode sejarah lisan, misalnya, bisadigunakan untuk mendoumentasikan sejarah perempuan antar generasi; bagaimanapengalaman perempuan jaman revolusi, perempuan yang menjadi penopang ekonomi keluarga dengan menjadi pedagang pasar atau buruh pabrik, dan lain-lain.Dengan semakin banyaknya sumber-sumber sejarah tentang perempuan yangditerbitkan, tentunya akan membuat perempuan dan sejarahnya lebih berpeluang untukturut ”hadir” dalam sejarah yang lebih makro dan berkeadilan, tidak lagi didominasihistoriografi bercorak androsentris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar